Jokowi Putuskan Vaksin Booster COVID-19 Diberikan Gratis

[ad_1]

Presiden Joko Widodo memutuskan vaksin penguat atau pemacu COVID-19 akan diberikan secara cuma-cuma bagi seluruh masyarakat mulai Rabu, 12 Januari. Namun pemerintah akan memprioritaskan kelompok masyarakat yang rentan, seperti lansia, untuk mendapatkannya terlebih dahulu.

[related by=”latepost” jumlah=”2″ mulaipos=”1″]

“Untuk itu, saya telah memutuskan pemberian vaksinasi ketiga ini gratis bagi seluruh masyarakat Indonesia karena sekali lagi, saya tegaskan bahwa keselamatan rakyat adalah yang utama,” ungkap Jokowi dalam telekonferensi pers, di Jakarta, Selasa (11/1).

Dia menambahkan, pemacu tersebut diberikan sebagai upaya untuk meningkatkan imunitas masyarakat dalam menghadapi berbagai mutasi COVID-19, seperti varian terbaru omicron yang telah menimbulkan kenaikan kasus yang siginifikan diberbagai negara.

Seorang nakes mempersiapkan suntikan vaksin COVID-19 Moderna untuk program vaksinasi booster di Barona Jaya, pinggiran Banda Aceh, 13 Agustus 2021. (CHAIDEER MAHYUDDIN / AFP )

Adapun, syarat penerima vaksin pemacu ini, ujarnya, harus sudah divaksinasi dosis 1 dan 2 lebih dari enam bulan sebelumnya.

[related by=”latepost” jumlah=”2″ mulaipos=”3″]

“Meski sudah divaksin, saya mengingatkan masyarakat untuk tetap disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan, memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan, karena vaksinasi disiplin protokol kesehatan merupakan kunci dalam mengatasi pandemi COVID-19,” tegasnya.

Lima Vaksin COVID-19 untuk Booster

Sebelumnya, Senin (10/1) Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny Lukito mengungkapkan pihaknya telah memberikan izin otorisasi penggunaan darurat (penggunaan otorisasi darurat/ EUA) kepada lima vaksin COVID-19 untuk digunakan dalam program vaksinasi pemacu di Tanah Air.

[related by=”latepost” jumlah=”2″ mulaipos=”5″]

Kelima vaksin tersebut yakni Kelima vaksin pemacu tersebut,yakni Coronavax PT Bio Farma, Pfizer, AstraZeneca, Moderna dan Zifivax.

“Hingga saat ini ada lima vaksin COVID-19 yang telah mendapatkan EUA yang telah melalui proses evaluasi bersama para tim ahli komite nasional penilai obat atau vaksin. Dan telah mendapatkan rekomendasi untuk memenuhi persyaratan yang ada sehingga bisa dilanjutkan dengan proses pemberian EUA,” ungkap Penny.

Ia menjelaskan, vaksin coronavax PT Bio Farma, Pfizer, dan AstraZeneca merupakan vaksin COVID-19 untuk pemacu homolog (satu jenis vaksin), dengan pemberian satu dosis. Ketiganya sudah terbukti bisa memberikan peningkatan antibodi kepada penerima vaksin dan Kejadian Ikutan Pasca Imuniasai (KIPI) yang ditimbulkan cenderung ringan hingga sedang.

[related by=”latepost” jumlah=”2″ mulaipos=”7″]

Sedangkan vaksin Moderna merupakan jenis pemacu homolog dan heterolog dengan pemberian setengah dosis. Berbeda dengan homolog, vaksin booster heterolog merupakan pemberian vaksin yang berbeda jenis dengan vaksin dosis 1 dan 2 sebelumnya. Vaksin Moderna dapat diberikan kepada penerima vaksin yang sebelumnya telah divaksinasi lengkap dengan AstraZeneca, Pfizer, dan Johnson&Johnson.

Kelima adalah vaksin Zifivax. Vaksin buatan China ini merupakan vaksin heterolog yang bisa diberikan kepada masyarakat yang telah melakukan vaksinasi dosis lengkap sebelumnya dengan Sinovac atau Sinopharm, setelah enam bulan.

Penurunan Tingkat Antibodi

[related by=”latepost” jumlah=”2″ mulaipos=”9″]

Lebih jauh, Penny menjelaskan bahwa vaksin pemacu memang dibutuhkan dalam masa pandemi COVID-19, tetapi dengan tetap memprioritaskan tercapainya target vaksinasi dosis pertama dan kedua kepada masyarakat terlebih dahulu.

Kepala BPOM RI Penny K Lukito dalam telekonferensi pers di Jakarta, Senin (10/1) mengatakan pihaknya telah memberikan EUA kepada lima vaksin COVID-19 untuk digunakan sebagai booster (VOA)

Kepala BPOM RI Penny K Lukito dalam telekonferensi pers di Jakarta, Senin (10/1) mengatakan pihaknya telah memberikan EUA kepada lima vaksin COVID-19 untuk digunakan sebagai booster (VOA)

Pengamatan BPOM menunjukkan respons imun yang dihasilkan vaksin COVID-19 akan menurun siginifkan, dengan interval penurunan yang bervariasi dan juga tergantung dari jenis vaksinnya itu sendiri.

“Data imunogenitas dari hasil pengamatan klinis dari semua vaksin COVID-19 menunjukkan adanya penurunan kadar antibodi yang siginifkan menurun sampai di bawah 30 persen yang terjadi setelah enam bulan pemberian vaksin primer yang lengkap. Oleh karena itu diperlukan pemberian vaksin booster atau dosis lanjutan untuk meningkatkan kembali imunogenitas yang telah menurun,” ungkap Penny.

Dalam kesempatan terpisah, ahli Epidemiologi dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman, mengatakan memang idealnya vaksinasi dosis ketiga diberikan kepada masyarakat apabila lebih dari setengah ppopulasi masyarakat sudah mendapatkan dosis lengkap.

Seorang siswi SD Negeri Cempaka Putih Timur 03 sedang disuntik vaksin Covid-19 dari Sinovac saat program vaksinasi untuk anak usia 6 hingga 11 tahun dimulai pada 14 Desember 2021 ini. (VOA/Indra Yoga)

Seorang siswi SD Negeri Cempaka Putih Timur 03 sedang disuntik vaksin Covid-19 dari Sinovac saat program vaksinasi untuk anak usia 6 hingga 11 tahun dimulai pada 14 Desember 2021 ini. (VOA/Indra Yoga)

Meski begitu, kata Dicky, dalam menghadapi berbagai varian baru COVID-19 yang muncul pemerintah tidak mempunyai pilihan selain melakukan akselerasi vaksinasi dosis 1 dan 2, beserta vaksinasi pemacu secara pararel.

“Pada kelompok berisiko tinggi itu juga harus segera diberikan pemacukarena kalau mereka disuruh menunggu, antibodinya sudah menurun karena sudah lebih dari lima bulan lalu menerima dosis kedua. Sehingga kalau mereka terpapar, mereka akan memiliki risiko besar untuk masuk ICU atau meninggal,” ungkapnya kepada VOA.

Maka dari itu, Dicky mengimbau kepada pemerintah untuk terus memperkuat sumber daya manusia dalam pelaksanaan program vaksinasi dosis 1 dan 2, beserta vaksinasi pemacu. Pemerintah, katanya, akan menghadapi tantangan yang akan semakin besar, seperti misalnya menghadapi masyarakat yang antivaksin.

“Walaupun sudah tercapai target WHO, tapi cakupan lansia di luar Jawa kan belum semuanya. Sehingga mau tidak mau, melakukan ini semua dengan pararel untuk mempersempit ketimpangan, dan juga untuk tidak menganggu pengendalian pandemi. Karena akan berbahaya juga kalau kita fokus, hanya pada booster tapi yang dosis 1, 2 terabaikan. Nah ini pemerintah tidak punya pilihan , selain melakukan penguatan berbarengan,” pungkasnya. [gi/ah]

[ad_2]


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *