[ad_1]

Fakta memprihatinkan ini diungkap American Cancer Society (ACS) baru-baru ini lewat laporan tahunannya. Organisasi ini memperkirakan, sekitar 20.000 orang di AS, di bawah 50 tahun, akan didiagnosis mengidap kanker tersebut tahun ini. Dari jumlah itu, diperkirakan 3.750 di antaranya akan meninggal.

ACS melaporkan, sejak pertengahan tahun 1990-an, jenis kanker ini sebetulnya telah meningkat sekitar 50 persen di antara orang di bawah 50 tahun. Namun, rupanya peningkatan tersebut kian signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Intinya, jenis kanker ini meningkat di kalangan generasi X, Y dan Z.

ACS mengatakan, kanker usus adalah salah satu kanker paling mematikan dalam kelompok usia tersebut.

Pejalan kaki melihat mural karya seniman Shane Grammer dari karakter mendiang aktor Chadwick Boseman, T’Challa dari film 2018 “Black Panther,” 8 September 2020, di Los Angeles. Boseman meninggal pada 28 Agustus pada usia 43 tahun setelah empat tahun berjuang melawan kanker usus besar. (AP/Chris Pizzello)

“Para ahli tidak yakin apa yang menyebabkan ini. Beberapa hipotesisnya adalah karena meningkatnya obesitas, perubahan bakteri usus, atau perubahan kebiasaan diet selama beberapa dekade terakhir. Banyak pasien yang didiagnosis menderita kanker usus kini berusia 20-an, 30-an, dan 40-an. Tetapi sebagian besar kasus terjadi antara usia 45 dan 49 tahun. Hal ini mendorong American Cancer Society untuk mengeluarkan pedoman baru,” kata Doktor Ashiq Masood, dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Indiana. Ia juga pemimpin program Onkologi Medis di Pusat Kanker Komprehensif Simon, Universitas Indiana.

Masood mengatakan, pada saat itu, banyak orang yang tidak menyadari bahwa sejak tahun 2018 American Cancer Society telah menurunkan usia yang disarankan untuk memulai skrining, dari usia 50 tahun menjadi 45 tahun.

Meski secara statistik, orang-orang berusia 20-an dan 30-an jauh lebih kecil kemungkinannya terkena kanker usus dibandingkan dengan orang berusia 50 tahun ke atas, menurut Masood, fakta ini tidak boleh dianggap enteng.

“Bahkan jika baru berusia 20-an, 30-an, atau 40-an, mereka harus berbicara dengan dokter jika ada darah di tinja, sakit perut atau kram, atau perubahan kebiasaan buang air besar. Ini mungkin tanda-tanda awal kanker usus.”

Masood mengatakan, para peneliti saat ini sedang mengevaluasi berbagai faktor yang dapat memicu peningkatan risiko kanker usus, mulai dari kekurangan vitamin D, peran mikrobioma yang rumit, hingga efek konsumsi daging merah yang tinggi dan peran menu makanan secara keseluruhan.

Pola makan yang sehat kemungkinan besar berperan dalam mencegah kambuhnya kanker usus. Sebuah studi pada tahun 2019 menunjukkan, orang-orang yang mengonsumsi banyak makanan yang dapat meningkatkan kadar insulin, seperti roti putih, minuman manis, dan makanan ringan olahan, dua kali lebih mungkin untuk kambuh atau meninggal karena kanker usus dibandingkan dengan mereka yang hanya sedikit mengonsumsi makanan tersebut. [ab/uh]

[ad_2]