[ad_1]

Permintaan restorasi Al-Qur’an tinggi menjelang dan selama Ramadan ketika Muslim berpuasa dan memperbanyak membaca Al-Qur’an. Untuk memenuhi permintaan, penjilid buku tradisional di ibu kota Yaman, Sana’a, bekerja sepanjang waktu untuk merestorasi puluhan kitab Al-Qur’an yang rusak.

Di kota tua Sana’a, penjilid buku Hashim al-Siraji menjelaskan proses restorasi yang sangat detail.

“Untuk menjilid kitab, kita mulai dengan merekatkan kertas dan kain jenis tertentu pada kitab. Setelah direkatkan, kita jahit,” ungkapnya.

Kemudian, Hashim menambahkan kertas keras untuk penutup pada bagian depan dan belakang kitab. Tak lupa, ia memberi pita sebagai pembatas buku.

“Setelah selesai dijahit dengan benang katun dan nilon, kita gunakan bahan kulit untuk punggung kitab dan direkatkan dengan menggunakan lem buatan lokal,” lanjutnya.

Para pria Muslim membaca Al-Qur'an selama bulan Ramadan di Masjid Agung Sana'a, Yaman (foto: dok).

Para pria Muslim membaca Al-Qur’an selama bulan Ramadan di Masjid Agung Sana’a, Yaman (foto: dok).

Hashim kemudian memasukkan kitab yang telah direstorasi ke mesin penekan supaya perekat semakin kuat. Kalau tidak ditekan cukup kuat, kata Hashim, sampul akan bergeser. Belum selesai. Kitab yang masih di dalam mesin penekan, lalu dijemur 24 jam.

Ibrahim al-Zaidi memiliki beberapa salinan Alquran yang perlu direstorasi. Dari distrik Shibam Kawkaban, Provinsi al-Mahweet, sekitar 115 kilometer sebelah barat Sana’a, dia datang ke Hashim al-Siraji untuk memperbaiki kitab Al-Qur’an yang lepas dari ikatannya.

“Saya membawa 47 salinan Al-Qur’an untuk diperbaiki, karena sebagian dari kitab-kitab Al-Qur’an itu rusak. Dan kami mengambil salinan Al-Qur’an yang rusak dari masjid mana saja untuk diperbaiki dengan biaya kami. Selama Ramadan, khususnya, semua orang ingin membaca (Al-Qur’an),” ujar Ibrahim.

Fuad Abdullah juga menjual jasa restotasi Al-Qur’an. Ia menunjukkan tumpukan Al-Qur’an yang akan diperbaiki. “Ini adalah contoh kitab yang sudah direstorasi. Sekarang bagus dan terjilid dengan baik. Lihat betapa lentur kitab ini setelah dijahit, tetapi yang ini belum dijilid. Kitab ini bisa robek.”

Selama Ramadan, Muslim memenuhi koridor Masjid Agung Sana’a. Salah seorang dari mereka adalah Muhsen al-Emad yang didampingi gurunya.

“Kami sedang mempelajari Al-Qur’an. Dia adalah guru dan saya adalah muridnya. Dia mengajari saya aturan tajwid. Semoga Allah merahmati,” harap Muhsen.

Tarekat lainnya, Muhammad al-Jundubi. “Bersyukur kepada Allah bahwa orang-orang Yaman menjaga Al-Qur’an dan melestarikannya dalam hal mengikat kembali kitab-kitab ini, menghormati, merenungkan maknanya, mematuhi parameter apa yang diperbolehkan dan apa yang dilarang dan menaati apa yang Allah mengatakan,” katanya.

Muslim juga memenuhi ratusan masjid di sekitar ibu kota Yaman. Mereka salat, berdoa, dan membaca Al-Qur’an. [ka/jm]

[ad_2]